Kiamat (Asli) Vs. “Kiamat Pura-pura” 2012.

Posted by Blogger Name. Category: ,


Kontroversi film 2012 ditanah air, memancing beberapa kawan untuk menonton film tersebut. Setelah menonton, mereka berpendapat: inilah film yang paling jelek dihasilkan sutradara sekaliber Roland Emmerich, dibandingkan film-filmnya terdahulu seperti The Independence Days dan The Days after Tomorrow. Film ini terkesan kejar tayang memanfaatkan popularitas buku “Apocalypse 2012” karya Joseph E. Lawrence yang memuat ramalan suku Maya tentang peralihan bumi fase ke 4 menuju fase ke 5. Dimana bencana global terjadi menyisakan 10% populasi manusia. Perhitungan mundurpun telah di mulai di http://www.lawrenceejoseph.com. Namun demikian, salah seorang kawan bercanda, daripada percaya ramalan Suku Maya, lebih baik percaya sama Luna Maya.. Dan andai saja para ulama menonton film sebelum berkomentar, mungkin film ini nggak akan setenar sekarang. Patut diacungi jempol kreatifitas pemasar yang berani menambahkan kata-kata “kiamat” pada judulnya, padahal aslinya hanyalah 2012!!.

Secara gamblang, film ini menceritakan tahun 2012. Bumi kacau akibat perubahan iklim global dan tatanan semesta. Untungnya, kejadian ini telah diantisipasi oleh 46 negara melalui proyek bersama membangun beberapa “Kapal Nuh” yang ditempatkan di puncak tertinggi dunia, di China. Untuk naik ke kapal tersebut seseorang harus membayar 1 milyar euro (sekitar 14 Trilyun rupiah), kecuali para kepala Negara dan developer kapal. Untungnya, masih ada yang punya hati sehingga banyak penumpang yang bisa naik gratis dan mendarat selamat di daratan tersisa, Afrika. Saran saya, kalau anda percaya 2012, segera kumpulkan uang sejumlah itu, pindah ke Afrika atau datang ke Cina bekerja pada proyek tersebut.
Sebenarnya, film ini hanya mengandalkan isu 2012 dan kehandalan efek komputer. Lainnya tidak. Jangan bayangkan film itu menggambarkan keguncangan besar atau datangnya air bah hitam menerjang seperti tsunami 2004 di Aceh, padahal tsunami yang digambarkan disini setinggi puncak tertinggi dunia, Mount Everest. Lacurnya, air bah datang diam-diam dan jernih, seperti tidak melewati apa-apa. Padahal tsunami Aceh saja yang beberapa meter, berwarna hitam kelam dan menerjang apa saja dengan garang. Kelihatan sekali penulis naskah film tidak membaca referensi tentang tsunami. Sehingga, film ini jauh lebih jelek dari film sejenis “Tidal Wave” (tsunami besar), karya sinematografer Korea, Yoon Je-kyoon.
Satu lagi, sutradara film ini mungkin tidak pernah membaca bagaimana kiamat digambarkan oleh agama-agama langit. Sehingga, ketika kiamat terjadi, orang-orang masih sempat menelepon mengucapkan “I do love you”, reporter radio masih sempat menyiarkan gunung meletus dari dekat kawahnya dan kereta api masih bisa berjalan dari tempat yang jauh hingga ke China. Andai saja mereka membuka Al-Quran surat Al-qariah ayat 4-5 saja, mereka akan tahu bahwa hal seperti itu tidak mungkin terjadi karena saat itu manusia seperti anai-anai yang beterbangan dan gunung-gunung ibarat bulu-bulu yang dihambur-hamburkan. Konon lagi jaringan telepon, sarana komunikasi radio dan rel kereta api?!
Tinggalkan 2012, mari kita renungkan kiamat; tanda-tandanya, proses terjadi dan pasca kejadian, dari sisi agama maupun logika ilmu. Alqur’an banyak sekali mengisahkannya. Untuk namanya saja, Allah berikan sedikitnya 18 nama seperti yaumuddin, al-akhirah, yaumul qiyamah, yaumul hasyr, yaumul fashl dan banyak lainnya. Untuk tanda-tandanya, sedikitnya terdapat dalam 26 surat, 74 ayat. Untuk kedahsyatannya, sedikitnya dideskripsikan dalam 37 surat, 89 ayat. Pasca kiamat, Allah gambarkan lebih banyak lagi dengan subtopik berbeda seperti padang mahsyar (53 surat, 109 ayat), berhisab (23 surat, 38 ayat), pembalasan amal (34 surat, 72 ayat), belum lagi gambaran surga dan neraka. Sayangnya, kita cenderung menghindarkan diri membicarakan masalah ini karena satu kata sakti “tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar telinga, dan tidak pernah terlintas oleh fikiran manusia”. Naif sekali.
Padahal kiamat adalah suatu yang pasti terjadi dan kita akan merasakannya, minimal pasca kejadian. Menurut Alquran dan hadist tanda-tandanya antara lain keluarnya yajud dan ma’jud, munculnya Dajjal, terbitnya matahari dari barat dan turunnya Nabi Isa AS. Bisakah ini diterima oleh logika ilmu? Mungkin saja. Kita ketahui, ada bagian bumi yang masih tertutup es hingga saat ini. Para ahli membuktikan bahwa ada kehidupan dibawah lapisan es kutub, seperti ikan-ikan kecil di kolam-kolam gletser. Kalau memang makhluk pengganggu, Yajud Majud, yang dulu dipenjara oleh seorang aulia Allah dalam penjara besi dan seterusnya penjara ini tertutup es. Seiring perubahan iklim, maka es-es ini akan mencair, yang akan membebaskan makhluk-makhluk jahat ini dari penjara mereka.
Kedua, Dajjal. Sering kita baca, dengar dan nonton bahwa sekarang banyak penelitian menjadikan manusia sebagai objeknya. Sebut saja penelitian sel embrio, kloning, mutasi gen dan lain sebagainya. Bahkan ada kelompok-kelompok yang ingin memunculkan kembali tokoh zaman dahulu seperti Hitler, Franskeintein dan lainnya. Salah satu impian itu adalah menciptakan manusia raksasa sebagai senjata masa depan, seperti kita lihat dalam “The Hulk”. Bukan tidak mungkin suatu ketika, penelitian-penelitian ini akan menghasilkan makhluk raksasa Dajjal yang berhati iblis. Kita tunggu saja.
Ketiga, matahari terbit dari sebelah barat. Para Ilmuwan mengatakan alam semesta ini ibarat balon yang terus mengembang, setelah ledakan besar pada penciptaan pertama. Titik-titik kecil pada balon terlihat semakin menjauh dari waktu ke waktu. Suatu saat nanti, ketika mencapai titik puncak batas, alam semesta akan digulung kembali oleh Allah. Ibarat balon yang berkurang anginnya, dia akan mengecil. Saat itu, kita mungkin tidak hanya akan melihat matahari kita, yang merupakan bintang terdekat dengan bumi. Tetapi kita juga bisa melihat matahari-matahari yang lain yang berada di dekat tata surya kita. Persis seperti planet yang mirip bumi, Tau Ceti dan Epsilon Eridani, yang mempunyai tiga matahari di dalam tata suryanya.
Terakhir, turunnya Nabi Isa. Penulis tidak berani beropini dalam hal ini karena belum sampai ilmu kesana. Hanya saja, penulis sempat terkejut ketika berkunjung ke Makam Rasulullah. Disana terdapat empat makam: tiga telah berisi yaitu Rasul, Abubakar dan Umar, sedangkan yang keempat masih kosong. Ketika mencari tahu, untuk siapa kuburan satunya lagi. Penulis mendapat jawaban bahwa itu disediakan untuk Isa putra Maryam. Subhanallah. Kalau kuburannya saja sudah disediakan di tempat semulia itu, kenapa pula kita harus meragukan kembalinya. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Seterusnya, soal proses terjadinya kiamat. Bila Allah mulai menggulung alam semesta seperti balon dikempeskan anak-anak maka tidak ada kata yang paling tepat kecuali DAHSYAT!! Material alam semesta akan saling berdekatan, mampat, bertubrukan dan meledak. Bintang-bintang yang besarnya ada ratusan kali matahari dan jumlahnya melebihi pasir dilaut akan saling berdesakan, hantam menghantam, saling menghancurkan secara berantai. Galaksi, bintang, matahari dan tata surya berhamburan, konon lagi bumi dan bulan, ntah lagi gunung-gunung dan manusia. Terlalu kecil untuk disebutkan. Jangankan menelepon, konon ibu hamil saja tidak tahu kemana calon bayinya “diterbangkan”. Semoga kita tidak sempat mengalaminya. Amin.
Pasca kiamat. Saat semua sudah hancur, kemudian Allah hamparkan kembali semesta ini menjadi satu. Hamparan bumi saja sudah demikian luas, konon lagi bila seluruh semesta disatukan, dan dihamparkan. Betapa jauhnya. Saat ini saja, untuk menuju planet terdekat di luar tata surya kita, dengan pesawat tercepat sekalipun, niscaya tidak cukup umur kita. Konon lagi kalau harus melintasi semesta, dengan kenderaan seadanya, apalagi jalan kaki dan terseok-seok tanpa amal, rasanya ingin mati lagi saja. Kehidupan akhirat nanti ibarat bertemunya dua proses yang saling berlawanan. Proses pertama, alam yang sudah hancur sehancur-hancurnya ditumbuhkan kembali oleh Allah. Bila proses ini berjalan dengan sunnatullah, maka dibutuhkan puluhan ribu tahun agar kembali seperti sediakala, apalagi kalau harus berwujud surga.
Proses kedua kebalikannya, Allah hidupkan kembali manusia yang sudah meninggal, dari tua menuju muda. Tidak masalah, tulang dan belulangnya entah kemana, atau tubuhnya hancur saat pesawat meledaknya, kena bom bunuh diri, dimakan harimau dan lainnya. Bagi Allah mudah saja, laksana peneliti yang menghidupkan kembali Raflesia langka hanya dari satu sel daunnya. DNA manusia tetap disimpan tanah berapapun lamanya dia sudah meninggal. Teknologi Allah tentunya lebih canggih lagi. Sayangnya dalam proses kedua ini, banyak hamba Allah yang cacat ketika dibangkitkan, akibat dosa-dosa semasa hidupnya. Ada bermutasi menjadi babi, karena rakus harta berlebihan, ada yang menjadi anjing karena gila kekuasaan atau suka menakut-nakuti, dan banyak lainnya. Kedua proses ini akan bertemu ditengah, saat manusia mengalami usia mudanya dan saat semesta pada masa musim seminya. Dua proses ini akan saling menetralkan, menstabilkan dan berkekalan. Saat itu, semoga kita dibangkitkan sebagai manusia, lengkap dengan kenderaan super canggih hasil kurban yang telah kita berikan di hari-hari kemarin. Amin..!!

sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=187669862581&comments

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►